Utsman Bin Mazhun seorang muhajirin yang pertama wafat di Madinah, ia juga
orang Islam pertama yang dimakamkan di Baqi', ia seorang suci yang kesuciannya
itu berupa amal yg tidak henti-hentinya dalam menempuh jalan kebenaran, serta
ketekunannya dalam mencapai kebaikan. Ia adalah salah seorang dari beberapa
manusia yang segera menerima panggilan Ilahi dan menggabungkan diri ke dalam
kelompok pengikut Rasulullah.
Ketika Rasulullah mengutamakan
keselamatan golongan kecil dari orang-orang beriman dan teraniaya ini, dengan jalan
menyuruh mereka berhijrah ke Habsyi, dan beliau siap menghadapi bahaya seorang
diri, maka Utsman bin Mazh’un terpilih sebagai pemimpin rombongan pertama dari
muhajirin ini. Dengan membawa puteranya yang bernama Saib, dihadapkannya muka
dan dilangkahkannya kaki ke suatu negeri yang jauh. Rombongan yang dipimpinnya
itu hijrah untuk menghindar dari tipu daya musuh Allah si Abu Jahal, dan
kebuasan orang Quraisy dan kekejaman siksa mereka. dan sebagaimana muhajirin ke Habsyi lainnya
pada kedua hijrah tersebut, yakni yang pertama dan yang kedua, maka tekad dan
kemauan Utsman untuk berpegang teguh pada Agama Islam kian bertambah besar.
Memang, kedua hijrah ke Habsyi itu
telah menampilkan corak perjuangan tersendiri yang mantap dalam sejarah ummat
Islam. Orang-orang yang beriman dan mengakui kebenaran Rasulullah saw. serta
mengikuti Nur Ilahi yang diturunkan kepada beliau, mereka telah merasa muak
terhadap pemujaan berhala dengan segala kesesatan dan kebodohannya. Dalam diri
mereka masing-masing telah tertanam fitrah yang benar dan tidak bersedia lagi menyembah
patung-patung yang dipahat dari batu/dibentuk dari tanah liat.
Demikianlah Kaum Muhajirin tinggal
di Habsyi dalam keadaan aman dan tenteram, termasuk di Utsman bin Mazh’un yang
dalam perantauanya itu tidak dapat melupakan rencana-rencana jahat saudara
sepupunya Umayah bin Khalafan bencana siksa yang ditimpakan atas dirinya.
Pada waktu itu orang-orang musyrik
di kota Mekah telah mendengar datangnya buronan yang telah lama mereka kejar-kejar,
orang-orang musyrik itu telah memasang perangkap untuk menangkapnya. Dan
sekarang datanglah sudah saat mereka, nasib telah membawa mereka ke tempat itu.
Perlindungan, ketika itu merupakan suatu tradisi di antara tradisi-tradisi Arab
yang memiliki kekudusan dan dihormati. Sekiranya ada seorang yang lemah yang
beruntung masuk dalam perlindungan salah seorang pemuka Quraisy, maka ia akan
berada dalam suatu pertahanan yang kokoh, hingga darahnya tak boleh ditumpahkan
dan keamanan dirinya dan perlu dikhawatirkan. Sebenarnya orang-orang yang
mencari perlindungan itu tidaklah sama kemampuan mereka untuk mendapatkannya.
Itulah sebabnya hanya sebagian kecil saja yg berhasil, termasuk diantranya
Utsman bin Mazh’un yg berada dalam perlindungan Walid bin Mughirah. Tetapi Ibnu
Mazh’un, laki-laki yang ditempa al-Quran dan dididik oleh Muhammad saw. ini
memperhatikan keadaan sekelilingnya. Dilihatnya saudara-saudara sesama
Muslimin, yakni golongan faqir miskin dan orang-orang yang tidak berdaya, tiada
mendapat perlindungan dan tidak mendapatkan orang yang sedia melindungi mereka
dalam mnghadapi bahaya dan dikejar kedzhaliman dari setiap jalan. Sementara ia
sendiri aman tenteram, terhindar dari gangguan bangsanya. Maka ruhnya yang
biasa bebas itu berontak, perasaannya yang mulai bergejolak, . Utsman keluar
dari rumahnya dengan niat yang bulat dan tekad yang pasti hendak menanggalkan
perlindungan Walid. Selama perlindungan tersebut telah menjadi penghalang
baginya untuk dapat menikmati derita di jalan Allah dan senasib sepenanggungan
bersama saudaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar