Utsman Bin Mazh'un Part 1


            Utsman Bin Mazhun seorang muhajirin yang pertama wafat di Madinah, ia juga orang Islam pertama yang dimakamkan di Baqi', ia seorang suci yang kesuciannya itu berupa amal yg tidak henti-hentinya dalam menempuh jalan kebenaran, serta ketekunannya dalam mencapai ke­baikan. Ia adalah salah seorang dari bebe­rapa manusia yang segera menerima panggilan Ilahi dan menggabungkan diri ke dalam kelompok pengikut Rasul­ullah.

            Ketika Rasulullah mengutamakan keselamatan golongan kecil dari orang-orang beriman dan teraniaya ini, dengan jalan menyuruh mereka berhijrah ke Habsyi, dan beliau siap meng­hadapi bahaya seorang diri, maka Utsman bin Mazh’un terpilih sebagai pemimpin rombongan pertama dari muhajirin ini. Dengan membawa puteranya yang bernama Saib, dihadapkannya muka dan dilangkahkannya kaki ke suatu negeri yang jauh. Rombongan yang dipimpinnya itu hijrah untuk meng­hindar dari tipu daya musuh Allah si Abu Jahal, dan kebuasan orang Quraisy dan kekejaman siksa mereka.  dan sebagaimana muhajirin ke Habsyi lainnya pada kedua hijrah tersebut, yakni yang pertama dan yang kedua, maka tekad dan kemauan Utsman untuk berpegang teguh pada Agama Islam kian bertambah besar.
            Memang, kedua hijrah ke Habsyi itu telah menampilkan corak perjuangan tersendiri yang mantap dalam sejarah ummat Islam. Orang-orang yang beriman dan mengakui kebenaran Rasulullah saw. serta mengikuti Nur Ilahi yang diturunkan kepada beliau, mereka telah merasa muak terhadap pemujaan berhala dengan segala kesesatan dan kebodohannya. Dalam diri mereka masing-masing telah tertanam fitrah yang benar dan tidak bersedia lagi menyembah patung-patung yang dipahat dari batu/dibentuk dari tanah liat.
            Demikianlah Kaum Muhajirin tinggal di Habsyi dalam ke­adaan aman dan tenteram, termasuk di Utsman bin Mazh’un yang dalam perantauanya itu tidak dapat melupakan rencana-rencana jahat saudara sepupunya Umayah bin Khalafan bencana siksa yang ditimpakan atas dirinya.
            Pada waktu itu orang-orang musyrik di kota Mekah telah mendengar datangnya buronan yang telah lama mereka kejar­-kejar, orang-orang musyrik itu telah memasang perangkap untuk menangkapnya. Dan sekarang datanglah sudah saat mereka, nasib telah membawa mereka ke tempat itu. Perlindungan, ketika itu merupakan suatu tradisi di antara tradisi-tradisi Arab yang memiliki kekudusan dan dihormati. Sekiranya ada seorang yang lemah yang beruntung masuk dalam perlindungan salah seorang pemuka Quraisy, maka ia akan berada dalam suatu pertahanan yang kokoh, hingga darahnya tak boleh ditumpahkan dan keamanan dirinya dan perlu di­khawatirkan. Sebenarnya orang-orang yang mencari perlindungan itu tidaklah sama kemampuan mereka untuk mendapatkannya. Itulah sebabnya hanya sebagian kecil saja yg berhasil, ter­masuk diantranya Utsman bin Mazh’un yg berada dalam perlindungan Walid bin Mughirah. Tetapi Ibnu Mazh’un, laki-laki yang ditempa al-Quran dan dididik oleh Muhammad saw. ini memperhatikan keadaan se­kelilingnya. Dilihatnya saudara-saudara sesama Muslimin, yakni golongan faqir miskin dan orang-orang yang tidak berdaya, tiada mendapat perlindungan dan tidak mendapatkan orang yang sedia melindungi mereka dalam mnghadapi bahaya dan dikejar kedzhaliman dari setiap jalan. Sementara ia sendiri aman tenteram, terhindar dari gangguan bangsanya. Maka ruhnya yang biasa bebas itu berontak, perasaannya yang mulai bergejolak, . Utsman keluar dari rumahnya dengan niat yang bulat dan tekad yang pasti hendak menanggalkan perlindungan Walid. Selama perlindungan tersebut telah menjadi penghalang baginya untuk dapat menikmati derita di jalan Allah dan senasib sepenanggungan bersama saudaranya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar