Utsman bin Mazh’un Part 2


            Ketika Utsman bin Mazh’un menyaksikan penderitaan yang dialami oleh para shahabat Rasulullah saw. Sementara ia sendiri pulang pergi dengan aman dan tenteram disebabkan perlindungan Walid bin Mughirah, katanya:
“Demi Allah, sesungguhnya mondar-mandirku dalam keadaan aman di­sebabkan perlindungan seorang tokoh golongan musyrik, sedang teman-teman sejawat dan kawan-kawan seagama menderita adzab dan siksa yang tidak kualami, merupakan suatu kerugian besar bagiku”

            Lalu ia pergi mendapatkan Walid bin Mughirah, katanya:
“Wahai Abu Abdi Syams, cukuplah sudah perlindungan anda, dan sekarang ini saya melepaskan diri dari perlindungan anda.“
“kenapa wahai keponakanku ?” ujar walid , mungkin ada slah seorang anak buahku mengganggu mu?
"Tidak’, ujar Utsman, “hanya saya ingin berlindung kepada Allah, bukan kepada yang selain-Nya. Karenanya pergilah anda ke masjid serta umumkanlah maksudku ini scara terbuka seperti anda dahulu mengumumkan per­lindungan terhadap diriku”
            Lalu pergilah mereka berdua ke masjid, kata Walid: “Utsman ini datang untuk mengembalikan kepadaku jaminan perlindungan terhadap dirinya” Ulas Utsman: “Betullah kiranya apa yang dikatakan itu . . ternyata ia seorang yang memegang teguh janjinya, hanya keinginan saya agar tidak lagi mencari perlindungan kecuali kepada Allah Ta’ala”. Setelah itu Utsman pun berlalulah, sedang di salah satu gedung pertemuan kaum Quraisy, Lubaid bin Rabi’ah menggubah sebuah sya’ir dan melagukannya di hadapan mereka, hingga Utsman jadi tertarik karenanya dan ikut duduk bersama mereka. Kata Lubaid:
“Ingatlah bahwa apa juga yang terdapat di bawah kolong ini.. selain daripada Allah adalah hampa!”
“Benar ucapan anda itu”, kata Utsman menanggapinya.
Kata Lubaid lagi: “Dan semua kesenangan, tak dapat tiada lenyap dan sirna! itu dusta!”,
kata Utsman: “karena kesenangan surga takkan lenyap . . .”
Kata Lubaid: “Hai orang-orang Quraisy! Demi Allah, tak pernah aku sebagai teman duduk kalian disakiti orang selama ini. Bagai­mana sikap kalian kalau ini terjadi?”
Maka berkatalah salah seorang di antara mereka: “Si bodoh ini telah meninggalkan agama kita. Jadi tak usah digubris apa ucapannya!”
Utsman membalas ucapannya itu hingga di antara mereka terjadi pertengkaran. Orang itu tiba-tiba bangkit mendekati Utsman lalu meninjunya tepat mengenai matanya, sementara Walid bin Mughirah masih berada di dekat itu dan menyaksikan apa yang terjadi. Maka katanya kepada Utsman:
“Wahai ke­ponakanku, jika matamu kebal terhadap bahaya yang menimpa, maka benteng perlindunganmu amat tangguh!”
Ujar Utsman: “Tidak, mataku yang sehat ini amat membutuhkan pukulan yang juga dialami saudaraku di jalan Allah. Dan sungguh wahai Abu Abdi Syamas, saya berada dalam perlindungan Allah yang lebih kuat dan lebih mampu daripadamu”
“Ayohlah Utsman”, kata Walid pula, “jika kamu ingin, kem­balilah masuk ke dalam perlindunganku !”
“Terima kasih !” ujar Ibnu Mazh’un menolak tawaran itu.
            Ibnu Mazh’un meninggalkan tempat itu, tempat terjadinya .peristiwa tersebut dengan mata yang pedih dan kesakitan, tetapi jiwanya yang besar memancarkan keteguhan hati dan kese­jahteraan serta penuh harapan. setelah dikembalikannya perlindungan dari pamanya, maka Utsman menemui siksaan dari orang-orang Quraisy. Tetapi dengan itu ia tidak merana, sebaliknya bahagia, sungguh-sungguh bahagia … ! Siksaan itu tak ubahnya bagai api yang menyebabkan keimanannya menjadi matang dan bertambah murni.
            Demikianlah, ia maju ke depan bersama saudara-saudara yang beriman, tidak gentar oleh ancaman, dan tidak mundur oleh bahaya … ! Utsman melakukan hijrah pula ke Madinah, hingga tidak diusik lagi oleh Abu Lahab, Umayah, ‘Utbah atau oleh gembong­-gembong lainnya yang telah sekian lama menyebabkan mereka tak dapat menidurkan mata di malam hari, dan bergerak bebas di siang hari.
            la berangkat ke Madinah bersama rombongan sahabat­-shahabat utama yang dengan keteguhan dan ketabahan  hati mereka telah lulus dalam ujian yang telah mencapai puncak kesulitan dan kesukarannya, dan dari pintu gerbang yang luas dari kota itu nanti mereka akan melanjutkan pengembaraan ke seluruh pelosok bumi, membawa dan mengibarkan panji­-panji Ilahi, serta menyampaikan berita gembira dengan kalimat­-kalimat dan ayat-ayat petunjuk-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar