Utsman bin Mazh’un Part 3


            Di kota hijrah Madinah al-Munawwarah itu tersingkap­lah kepribadian yang sebenarnya dari Utsman bin Mazh’un, tak ubah bagai batu permata yang telah diasah, dan ternyatalah kebesaran jiwanya yang istimewa. Kiranya ia seorang ahli ibadah, dan ternyata bahwa ia adalah orang suci dan mulia lagi bijaksana, yang tidak mengurung diri untuk tidak menjauhi kehidupan duniawi, ia adalah seorang rahib baik di waktu siang maupun di waktu malam dan di samping itu sekaligus juga orang berkuda yang berjuang siang dan malam.
            Dan jika para shahabat Rasulullah saw. apalagi di kala itu, semua berjiwa zuhud dan gemar beribadat, tetapi Ibnu Mazh’un memiliki cirikhas. Dalam zuhud dan ibadatnya ia amat tekun dan mencapai puncak tertinggi, hingga corak kehidupannya, baik siang maupun malam dialihkannya menjadi shalat yang terus-menerus dan tasbih yang tiada henti-hentinya. Rupanya ia setelah merasakan manisnya keasyikan beribadat itu, ia pun bermaksud hendak memutuskan hubungan dengan segala kesenangan dan kemewahan dunia. Ia tak hendak memakai pakaian kecuali yang kasar, dan tak hendak makan makanan selain yang amat bersahaja.
            Semen­tara Rasulullah sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya. Hati Rasulullah pun bagaikan disayat melihat itu, begitu juga para sahabat air mata mereka mengalir karenanya. Maka tanya Rasulullah saw. kepada mereka:
“Bagaimana pendapat kalian? bila kalian punya pakaian satu stel untuk pakaian pagi dan sore hari diganti dengan stelan lainnya kemudian disiapkan di depan kalian. suatu prangkat tempat makanan sebagai ganti perangkat lainya yang tlah diangkat kalian dapat me­nutupi rumah-rumah kediaman kalian sebagaimana Ka’bah bertutup?”
“Kami ingin hal itu dapat terjadi, wahai Rasulullah” ujar mereka.
“hingga kita dapat mengalami hidup ma’mur dan bahagia..”
Maka sabda Rasulullah saw. pula:
“Sesungguhnya hal itu telah terjadi Keadaan kalian sekarang ini lebih baik dari keadaan kalian waktu lalu”.
Tetapi Ibnu Mazh’un yang mendengar percakapan itu bertambah tekun menjalani kehidupan yg bersahaja dan menghindari sejauh-jauhnya kesenangan dunia. Bahkan sampai-sampai kepada menggauli istrinya ia menahan diri,seandainya hal itu tidak diketahui oleh Rasulullah yang segera memanggil & menyampaikan kepadanya. “Sesungguhnya keluargamu itu mempunyai hak atas dirimu …. “ Ibnu Mazh’un amat disayangi oleh Rasulullah saw. dan yang mula-mula merintis jalan menuju surga, maka Rasulullah saw. berada di sisinya. Rasulullah saw. membungkuk menciumi kening. Dan tatkala ruhnya yg suci itu besiap-siap hendak berangkat, hingga dingin.
            Demikian ia merupakan orang muha­jirin pertama yang wafat di Madinah, serta membasahi kedua pipinya dengan air yg berderai dari kedua mata beliau yang diliputi santun dan duka cita hingga di saat kematiannya. Wajah Utsman tampak bersinar gilang­-gemilang …Dan bersabdalah Rasulullah saw. melepas shahabatnya yang tercinta itu: “Semoga Allah memberimu rah mat, wahai Abu Saib Kamu pergi meninggalkan dunia, tak satu keuntungan pun yang kamu peroleh daripadanya serta tak satu kerugian pun yang dideritanya daripadamu.”
            Dan sepeninggal shahabatnya,Rasulullah yg amat pe­nyantun itu tidak melupakannya, selalu ingat dan memujinya. Bahkan untuk melepas puteri beliau Rukayah. Yakni ketika nyawanya hendak melayang, adalah kata-kata berikut:
 “Pergilah susul pendahulu kita yang pilihan. Utsman bin Mazh’un …”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar